Oke kali ini ga ngaco, ini hasil kemaren liburan baca buku Psikologi Kematian karya bpk Komaruddin Hidayat. Buku yang lumayan membuat saya stress HAHAHA karena bahasa nya yang cukup berat buat orang polos seperti saya dan banyak sesuatu yang baru didalamnya yang membuka mata saya lebih lebar lagi dalam mengahadapi dunia ini.
Ok here u are, beberapa kutipan yang saya tandai dari buku Psikologi Kematian by Komaruddin Hidayat.
Jiwa yang tenang
karena banyak beramal saleh serta menjalani hidupnya dengan tulus, maka ketika
tidur jiwanya juga damai, bahkan adakalanya bagaikan memasuki kehidupan yang
jauh lebih indah dari bermimpi. (p.5) Maka berbahagialah yang mimpinya selalu indah,
dan itu merupakan pembelajaran nasib kita di akhirat kelak. Apa yang kita
lakukan sewaktu hidup di siang harinya akan menentukan cerita mimpi di malam
harinya. Kira-kira begitulah analog relasi dan sebab-akibat antara kehidupan dunia
dan akhirat. (p.8)
Tiada hari tanpa
bersyukur
Rasulullah mengajarkan
kita doa setelah bangun tidur yang artinya:
“Segala puji bagi
Allah yang telah menghidupkanku setelah kematianku dan hanya kepadaNyalah kami
kembali”
Yang jika direnungkan
artinya mempunyai pesan yang amat dalam “Allah yang telah menghidupkanku
setelah kematianku” bahwa SETIAP PAGI ADALAH HARI LAHIR KITA DAN MALAM ADALAH
HARI KEMATIAN.(p.5)
Begitu terlahir kembali, yang
pertama diucapkan adalah puji syukur Allah dan dilanjuti dengan salat shubuh.
Sekalipun salat sendirian dirumah, mata hati dan pikiran sadar bahwa kita salat berjamaah bersama sekian juta
orang dan miliaran planet dalam waktu yang bersamaan. (p.6)
Sadar dan yakin bahwa Allah Maha
Melihat dan Maha Menjawab permohonan hambaNya, mestinya peristiwa salat,
merupakan forum dan pertemuan yang mengasyikkan, bahkan LEBIH MENGASYIKKAN
dibandingkan ngobrol, curhat, atau ngerumpi dengan teman dekat. (p.6)
“Manusia punya hak yang sama untuk bermain-main dan menikmati semua
fasilitas yang tersedia dimuka bumi ini.”(p.12)
Kematian adalah kepastian, maka mati adalah dekat, bahkan lebih dekat
dengan kemungkinan kamu jadi orang kaya ataupun jadi sarjana.
Keyakinan ini yang membuat saya menjadi merasa enteng menjalani hidup,
berani mencoba dan memasuki wialayah baru dengan segala kesulitannya. Bukankah
hidup hanya permainan sesaat? Peran apa yang hendak kamu ambil? (p.13)
Dalam diri kita terdapat “the
sleeping giant” atau singa yang tidur, ada lagi istilah “the hidden power”, kekuatan yang terpendam. Dalam istilah sufi,
dalam diri kita terdapat arasy atau singgasana Tuhan, sehingga kalau seseorang
bisa menyerap sifat-sifat ilahi ke dalam hatinya, maka IA AKAN LEBIH BESAR
KETIMBANG BUMI DAN LANGIT. (p.23)
Perilaku yang bersifat ilahi berakar pada kesadaran batin, sebagaimana
disebutkan dalam al-qur’an surah Ar Ra’d [3]: 11 bahwa pertolongan Allah untuk
mengubah suatu kaum itu akan tiba ketika mereka terlebih dahulu berhasil
mengubah situasi kejiwaan batin mereka. Artinya tanpa adanya kesadaran,
kesanggupan dan sikap batin untuk meyakini dan meraih Realitas Tertinggi, yang
gaib dan berada diluar jangkauan indra dan rasio, maka betapa pendeknya dan
betapa kecilnya apa yang bisa diberikan dunia materi ini terhadap tuntutan
manusia yang jangakauan hidupnya menerobos dinding-dinding materi.
“Rupanya pilihanku benar. Bahwa warisan terbaik itu bukan tumpukan
harta, tetapi kualitas pendidikan yang baik dan nilai-nilai keagamaan,”
katanya.
Dari analisis filsafat moral, terutama argumen yang dikembangkan oleh
Immanuel Kant, kalau saja jiwa tidak kekal dan tak ada lagi kelanjutan hidup
serta tak ada hari pengadilan yang yang memutuskan ganjaran dan siksa, maka
kita menjadi sulit berbicara tentang perjuangan hidup, baik dan buruk, karena
semua itu akan berakhir pada NIHILISME dan KEHAMPAAN dengan adanya kematian.
Alangkah absurd dan nistanya pengorbanan para pejuang kemanusiaan dan
kemerdekaan kalau saja setelah mati tidak ada perhitungan lanjut. Lalu apa
bedanya antara PEJUANG dan PECUNDANG jika setelah itu tidak akan ada lagi
mahkamah pengadilan yang benar-benar adil?
Dalam pada itu Al-Qur’an mengisyaratkan bahwa sebelum turun ke alam
jasmani RUH PERNAH MENGADAKAN PERJANJIAN
PRIMORDIAL DENGAN TUHAN untuk selalu mengingat dan mencintai-Nya dan
sekali-kali tidak akan menyembah kecuali pada-Nya.
Demikian lah Tuhan berfirman , hai anak Adam, dunia itu penuh dengan
godaan kecuali jika engkau berpegang
teguh pada petunjuk-Ku. (p.146)
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete